BANJARNEGARA, suaramerdeka.com - Napak tilas
yang dipimpin oleh para sesepuh dan pemangku adat juga tokoh masyarakat,
mengawali prosesi cukur rambut gembel di Dieng Culture Festival 2012.
Rombongan
napak tilas menuju beberapa tempat, yaitu candi Dwarawati, komplek
candi Arjuna, candi Gatotkaca, candi Bima, sendang Maerokotjo, tlaga
Balekambang, kawah Sikidang, komplek pertapaan Mandalasari, kali Kepek
dan komplek pemakaman Dieng. Rombongan kemudian menggelar doa bersama.
Ritual
cukur rambut gembel adalah ritual peninggalan leluhur yang hingga kini
masih menjadi tradisi turun temurun pada masyarakat Dataran Tinggi
Dieng. Menurut legenda, Gembel muncul sejak masa Kyai Kolodete dan Nini
Roro Ronce (leluhur Dieng).
Anak berambut gembel harus dicukur
melalui upacara ruwat. Upacara ini biasanya dilakukan setelah si anak
mengajukan permintaan langsung kepada orang tuanya.
Yang unik,
jika tradisi ruwatan tidak dilaksanakan atas permintaan si anak sendiri,
maka sekalipun sudah dicukur, rambut gembelnya akan tumbuh kembali.
"DCF
pada awalnya bertujuan untuk menjual paket wisata alam dan budaya di
Dieng. Namun seiring perjalanan waktu berkembang menjadi sebuah wahana
untuk melestarikan kebudayaan dan tradisi kuno yang kian terpinggirkan,"
ujar Alif Faozi, ketua Kluster Pariwisata Dieng sekaligus Ketua
Pokdarwis Dieng Pandawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar