Saking banyaknya koleksi wig-nya, Adele kabarnya memberi nama setiap wig-nya itu.
D'Eyeko Indonesia merupakan salah satu dari perusahaan lokal yang terdapat di Purbalingga. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2008, berangkat dari keprihatinan karena kebanyakan pabrik rambut dan bulu mata palsu besar di kota tersebut dimiliki orang asing. Selain itu, bulu mata palsu yang dipasarkan di indonesia kebanyakan hanya kualitas 2 atau 3 saja.
"Sedangkan yang kualitasnya bagus merupakan produk-produk impor, dan harganya mahal. Padahal kalau ditelisik lagi, ternyata (produk impor) itu juga buatan Purbalingga," ujar Yohanes Ferry, Direktur D'Eyeko Indonesia, saat peluncuran D'Eyeko Olga Lydia Collections di Bloeming Cafe, fX Soedirman, Jakarta, Jumat (13/7/2012) lalu.
D'Eyeko Premium False Eyelashes sendiri merupakan in house brand yang dibangun sejak awal berdirinya perusahaan ini. Selain memproduksi ragam produk berbahan dasar rambut dengan label D'Eyeko, perusahaan ini juga memproduksi rambut dan bulu mata palsu untuk banyak brand asing terkenal.
Yang mungkin tak terbayangkan oleh masyarakat adalah bahwa industri wig dan bulu mata palsu merupakan industri besar dan padat karya. Proses pembuatan bulu mata yang 100 persennya handmade membuat perusahaan ini membutuhkan tenaga kerja yang begitu besar. Proses pembuatan bulu mata palsu yang jelimet amat membutuhkan ketekunan dan ketelatenan, dan karakter orang Purbalingga yang cenderung telaten amat mendukung kebutuhan ini.
Dari segi produksi pun tak kalah hebohnya.
"D'Eyeko hanya menggunakan rambut asli untuk bahan baku wig dan bulu mata palsu. Tiap bulan kami membutuhkan 1,5 ton rambut," papar Yohanes. Nah, Anda dapat membayangkan sendiri bukan, betapa besar permintaan pasar akan produk wig dan bulu mata dari Purbalingga.
Bila mendengar kisah tentang rambut palsu, kerapkali terlontar pertanyaan, benarkah rambut palsu itu dibuat dari rambut orang yang sudah mati? Yohanes menegaskan jawabannya: tidak benar.
"Kalau rambut orang meninggal itu sudah tidak ada nutrisinya. Rambut biasanya cepat rontok, putus, bengkok, atau patah. Jadi, tidak mungkin bisa melalui proses pembuatan rambut palsu atau bulu mata palsu yang ekstrim. Quality control mengenai raw material-nya saja sangat ketat. Satu lembar uban pun tidak mungkin lolos. Yang layak digunakan sebagai bahan baku adalah natural hair dari rambut yang sehat," jelasnya.
Untuk menyediakan bahan baku sebesar 1,5 ton tersebut, D'Eyeko telah memiliki supplier tetap. Menurut Yohanes, rambut yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk-produk D'Eyeko adalah rambut orang Indonesia, dan dari luar negeri terutama India.
Kualitas rambut perempuan India memang sejak lama dikenal sangat tebal dan kuat. Beberapa di antaranya belum pernah dipotong seumur hidupnya, dan tidak pernah terpapar sampo-sampo dan pewarna rambut berbahan kimia. Perempuan di pedesaan bahkan hanya menggunakan minyak kelapa dan sabun herbal untuk merawat rambut mereka.
Dengan produk-produknya yang berkualitas, D'Eyeko Indonesia berharap dapat bersaing dengan perusahaan asing, serta memberi kesempatan kaum wanita untuk tampil cantik tanpa mengeluarkan biaya terlalu mahal.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar