JL. KH. MAULANA HASANUDIN 2 - CIPONDOH MAKMUR (SEBERANG GERBANG MASUK SIMPRUG DIPORIS) - TELP/SMS: 087888680001/08568806988 - PIN BB: 220dc9d8"

Rabu, 04 Juli 2012

Seni Pangkas Rambut, Kepolisian, dan Anang Iskandar


 Seni Pangkas Rambut Kepolisian dan Anang Iskandar
Brigjen Polisi Anang Iskandar
JAKARTA--MICOM: Perawakan tinggi besar, berambut cepak, dan berkulit hitam, itulah sosok yang terlihat dari Kepala Divisi Humas Polri yang baru, Brigjen Polisi Anang Iskandar.

Namun, siapa sangka, pria kelahiran Mojokerto, 18 Mei 1958 ini pintar memainkan gunting untuk memangkas rambut. Ya, itulah keahlian khusus yang dibangga-banggakannya selain prestasinya di kepolisian.

Bagi Anang, pangkas rambut adalah salah satu jenis seni yang membentuk kepribadian dan kepemimpinannya.

Sejak duduk di kelas empat sekolah dasar, sang ayah sudah memperkenalkannya dengan alat-alat potong rambut.

"Pertama itu saya tidak belajar khusus. Saya belajar dari bapak. Hanya menunggu dan melihat. Semua itu meniru, meniru, meniru, meniru bapak," ujarnya dengan logat Jawa kental kepada Mediaindonesia.com, Jakarta, Rabu (4/6).

Setelah pengalaman memangkasnya pertama kali, Anang kecil pun mulai ketagihan memegang gunting rambut. Berkat kegigihannya dan jasa seorang guru, saat duduk di bangku SMA, hampir setiap hari dia mencukur di SD TNH Mojokerto.

Tak hanya seni pangkas, dia juga pelajari bentuk seni yang lain. Ketertarikan dengan dunia seni lukis, mendorongnya berguru ke sejumlah ahli. Atas saran sang mentor, mantan Kapolda Jambi itu lebih memilih aliran abstrak dalam melukis.

"Guru saya bilang, bapak kalau mau mendalami naturalis pasti akan kalah dengan pelukis-pelukis yang sudah terdahulu dan bersekolah lukis secara formal. Lalu saya harus pilih apa? Dia jawab, lukis saja abstrak filosofi. Saya pun memutuskan melukis dengan aliran abstrak filosofi dan mengembangkannya dengan gaya sendiri," tutur Anang.

Seni-seni itulah yang mempengaruhi gaya kepemimpinan anak pasangan Suyitno Kamari Jaya dan Raunah sejak dia menjadi Kasat Serse di Polres Tangerang hingga menjabat sebagai ujung tombak Polri di Divisi Humas. Gaya kepemimpinan dengan seni tersebut, tercermin dalam pengadopsian sebuah filosofi Jawa, hasto broto atau hasta brata. Filosofi ini merupakan ajaran Begawan Kesawasidhi (titisan Dewa Wisnu) kepada Arjuna yang menyebutkan pemimpin harus belajar dan memahami delapan sifat alam semesta. Anang pun percaya, "Hanya seni yang bisa menyatukan bangsa ini." 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar