JL. KH. MAULANA HASANUDIN 2 - CIPONDOH MAKMUR (SEBERANG GERBANG MASUK SIMPRUG DIPORIS) - TELP/SMS: 087888680001/08568806988 - PIN BB: 220dc9d8"

Selasa, 03 Juli 2012

Impian Anak-anak Berambut Gimbal dari Dieng



 
Rambut gimbal atau gembel yang dimiliki sejumlah anak di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, itu bukanlah tren rambut yang mereka ikuti melainkan terbentuk dengan sendirinya.
Konon, anak-anak berambut gimbal ini memiliki keistimewaan dibanding anak-anak lainnya.
Mereka yang berambut gimbal ini juga memiliki impian maupun cita-cita seperti halnya anak-anak sebaya termasuk ingin berambut normal.
Kendati demikian, rambut gimbal yang mereka miliki tidak bisa dihilangkan begitu saja atau dipotong di salon karena gimbalnya akan kembali tumbuh meskipun telah dihilangkan.
Rambut-rambut gimbal tersebut harus dipotong melalui sebuah prosesi ruwatan agar bisa tumbuh normal dan dilaksanakan atas dasar keinginan si anak, bukan kemauan orang tuanya.
Selain itu, orang tua juga harus memenuhi permintaan si anak berambut gimbal yang sudah bersedia untuk diruwat. Oleh karenanya, ruwatan rambut gimbal ini tidak dilaksanakan setiap saat.
Bahkan dalam satu tahun, belum tentu ada anak berambut gimbal yang diruwat karena kadang kala orang tuanya belum mampu menyiapkan permintaan si anak termasuk biaya untuk menggelar ruwatan.
Terkait hal itu, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, menggelar ruwatan massal anak berambut gimbal yang dirangkaikan dengan ajang "Dieng Culture Festival 2012", 30 Juni-1 Juli 2012.
Pokdarwis Dieng Pandawa yang didukung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Banjarnegara berupaya memfasilitasi pelaksanaan ruwatan bagi anak-anak berambut gimbal.
Dalam pelaksanaan DCF 2012 yang merupakan tahun ketiga ini, Pokdarwis Dieng Pandawa berhasil menjaring enam anak berambut gimbal yang bersedia mengikuti ruwatan.
Keenam anak berambut gimbal ini memiliki permintaan yang berbeda-beda dan harus dipenuhi saat mengikuti ruwatan.
Ketua Panitia DCF 2012 Alif Faozi mengatakan enam peserta ruwatan rambut gimbal terdiri Baqiyatus Izah dari Desa Dieng Kulon (Kecamatan Batur) dengan permintaan sebuah sepeda dan 10 butir telur ayam, Nur Hikmah dari Desa Bitingan (Batur) yang meminta anting-anting, Muhammad Farkhan Askataslini dari Desa Karangtengah (Batur) yang meminta seekor kambing.
Selain itu, kata dia, Intan Rahmidiani dari Desa Beji (Penjawaran) yang meminta lima mangkuk bakso dan seekor ayam jago,  Nadia Retnowati dari Batur yang meminta uang jajan Rp100 dan Rp1.000, serta Indischa Azzahra Pradestaraya yang meminta dua permen Milkita dan dua dus minuman Milkuat.
Saat ditemui di sela-sela rangkaian kegiatan ruwatan massal, Intan Rahmidiani (4) mengaku senang bisa mengikuti acara ini. "Kulo pengin dados dokter (saya ingin menjadi dokter, red.)," kata dia dalam bahasa Jawa tanpa malu-malu.
Bahkan, dia yang telah mengenyam pendidikan anak usia dini (PAUD) ini juga mengaku ingin menjadi seorang bintang kecil.
Ibunda Intan Rahmidiani, Pariyem (35) mengatakan, anak ketiganya ini memiliki rambut gimbal sejak usia dua tahun.
Sebelum rambut gimbalnya terbentuk, kata dia, Intan terlebih dulu sakit-sakitan selama satu bulan namun tidak terus-menerus. "Seminggu sekali sakit panas, itu terjadi selama satu bulan," katanya.
Menurut dia di antara tiga anaknya, hanya Intan dan kakak tertuanya, Fitrohayatun (13), yang berambut gimbal, sedangkan anak laki-lakinya berambut normal.
Ia mengatakan Fitrohayatun yang sekarang telah duduk di kelas 2 sekolah menengah pertama ini gimbal sejak usia dua tahun dan diruwat saat berusia enam tahun.
"Kakak sulungnya dulu saat diruwat minta paha ayam. Alhamdulillah setelah mengikuti ruwatan, rambutnya tumbuh normal," katanya.
Ia mengaku pernah berambut gimbal dan mengikuti ruwatan saat masih berusia enam tahun dengan meminta persyaratan berupa singkong bakar dan jenang (dodol, red.).
Menurut dia Intan baru kali ini bersedia diruwat dan secara kebetulan ada ruwatan massal sehingga sangat terbantu. "Kalau mengadakan ruwatan sendiri, butuh banyak biaya," katanya.
Sementara saat menjalani ruwatan di pelataran Candi Puntadewa, Intan yang didampingi ayahnya, Riyanto (37), tampak ceria.
Bahkan saat hendak menuju altar tempat pemotongan rambut gimbal, dia yang dipanggul di pundak ayahnya melambaikan  kedua tangannya sembari menebar senyum ke seluruh tamu undangan maupun wisatawan yang menyaksikan prosesi ini.
Demikian pula setelah selesai menjalani pemotongan rambut gimbalnya, Intan tetap melambaikan tangan dan menebar senyum bagaikan seorang artis sedang menyapa penggemarnya.
Meskipun di Dataran Tinggi Dieng banyak terdapat anak-anak berambut gimbal, belum semuanya bersedia diruwat, salah satunya Muhammad Alfarizi Masaid (10) yang disebut-sebut sebagai maskot atau rajanya anak-anak berambut gimbal.
Rizi (panggilan akrab Muhammad Alfarizi Masaid, red.) memiliki rambut gimbal jenis "pari" atau padi. Konon, rambut gimbal ini paling sempurna dan jarang yang memilikinya. "Suk emben nek wis gedhe (besok kalau sudah besar, red.)," kata dia yang mengaku ingin menjadi pesepak bola ternama.
Dia menginginkan adanya pementasan Reog Ponorogo dan Barongsay serta diberi cemeti jika hendak diruwat.
Hal yang sama juga diakui Aprilianti (22) karena anaknya yang berambut gimbal, Sherli (4), belum bersedia diruwat meskipun hanya meminta dua bua kelapa muda dan dua buah apel. "Belum mau diruwat, saya sendiri juga tidak bisa memaksanya," kata dia yang pernah berambut gimbal sejak usia dua tahun dan diruwat saat berusia dua tahun dan diruwat saat berusia enam tahun dengan permintaan berupa dua ekor kalkun.
Masyarakat Dataran Tinggi Dieng meyakini anak-anak berambut gimbal ini adalah anak bajang titipan Ratu Kidul (Ratu Laut Selatan, red.).
Anak berambut gembel berjenis kelamin laki-laki merupakan titisan Eyang Agung Kala Dete, sedangkan yang perempuan titisan Nini Ronce Kala Prenye. Mereka diyakini sebagai titipan anak bajang dari Ratu Samudera Kidul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar