Anak Solomon
Solomon,
Jika berkunjung ke Kepulauan Solomon, sebuah negara kepulauan di
Samudra Pasifik, maka Anda akan melihat keunikan dari tubuh penduduknya.
Karena mutasi genetik, warga setempat memiliki kulit hitam seperti
orang Afrika, namun rambutnya pirang layaknya orang-orang Eropa.
Baru-baru ini ilmuwan menemukan bahwa sebuah mutasi gen tunggal bertanggung jawab atas keunikan pada populasi Kepulauan Solomon. Temuan tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Science pada 3 Mei lalu.
Menurut ilmuwan, mutasi gen ini tampaknya muncul di Pasifik, bukan dibawa oleh perkawinan campur orang Eropa yang berambut pirang dengan penduduk setempat.
"Karakteristik rambut pirang pada manusia muncul secara independen di Oceania khatulistiwa. Itu cukup tak terduga dan menarik," jelas Eimear Kenny, peneliti dari Stanford University School of Medicine, seperti dilansir livescience, Selasa (8/5/2012).
Penduduk setempat memiliki kulit sangat gelap seperti orang-orang Afrika, namun ada sekitar 5 sampai 10 persen memiliki keunikan dengan berambut pirang layaknya orang Eropa.
Melihat hal tersebut, sebagai ahli genetika, Kenny bersama rekannya Sean Myles dan Nicholas Timpson melakukan penelitian. Peneliti mengumpulkan sampel air liur dari 43 penduduk Kepulauan Solomon yang berambut pirang dan 42 berambut gelap, untuk menganalisis petunjuk tentang gen di balik warna rambut yang unik tersebut.
Sebuah analisis genome muncul sangat jelas, jarang di dunia genetika di mana suatu sifat tunggal dapat dipengaruhi oleh puluhan gen atau lebih. Sebuah gen yang disebut TYRP1, yang berada pada kromosom kesembilan dari 23 pasang kromosom manusia, menjelaskan 46,4 persen variasi pada keunikan warna rambut penduduk pulau.
Mutasi dalam gen ini mempengaruhi enzim yang diketahui terlibat dalam pigmentasi manusia.
Mutasi ini tidak tampak pada genom orang-orang Eropa, berdasarkan analisis genom dari 52 populasi manusia di seluruh dunia. Sebaliknya, hal tersebut muncul secara independen dan bertahan dalam populasi Melanesia.
"Ini membuat gen berbeda dari yang bertanggung jawab untuk mata biru, yang berasal dari satu nenek moyang tunggal antara 6.000 dan 10.000 tahun yang lalu. Sebelum itu, tidak ada mata biru," jelas peneliti.
Baru-baru ini ilmuwan menemukan bahwa sebuah mutasi gen tunggal bertanggung jawab atas keunikan pada populasi Kepulauan Solomon. Temuan tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Science pada 3 Mei lalu.
Menurut ilmuwan, mutasi gen ini tampaknya muncul di Pasifik, bukan dibawa oleh perkawinan campur orang Eropa yang berambut pirang dengan penduduk setempat.
"Karakteristik rambut pirang pada manusia muncul secara independen di Oceania khatulistiwa. Itu cukup tak terduga dan menarik," jelas Eimear Kenny, peneliti dari Stanford University School of Medicine, seperti dilansir livescience, Selasa (8/5/2012).
Penduduk setempat memiliki kulit sangat gelap seperti orang-orang Afrika, namun ada sekitar 5 sampai 10 persen memiliki keunikan dengan berambut pirang layaknya orang Eropa.
Melihat hal tersebut, sebagai ahli genetika, Kenny bersama rekannya Sean Myles dan Nicholas Timpson melakukan penelitian. Peneliti mengumpulkan sampel air liur dari 43 penduduk Kepulauan Solomon yang berambut pirang dan 42 berambut gelap, untuk menganalisis petunjuk tentang gen di balik warna rambut yang unik tersebut.
Sebuah analisis genome muncul sangat jelas, jarang di dunia genetika di mana suatu sifat tunggal dapat dipengaruhi oleh puluhan gen atau lebih. Sebuah gen yang disebut TYRP1, yang berada pada kromosom kesembilan dari 23 pasang kromosom manusia, menjelaskan 46,4 persen variasi pada keunikan warna rambut penduduk pulau.
Mutasi dalam gen ini mempengaruhi enzim yang diketahui terlibat dalam pigmentasi manusia.
Mutasi ini tidak tampak pada genom orang-orang Eropa, berdasarkan analisis genom dari 52 populasi manusia di seluruh dunia. Sebaliknya, hal tersebut muncul secara independen dan bertahan dalam populasi Melanesia.
"Ini membuat gen berbeda dari yang bertanggung jawab untuk mata biru, yang berasal dari satu nenek moyang tunggal antara 6.000 dan 10.000 tahun yang lalu. Sebelum itu, tidak ada mata biru," jelas peneliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar