Den Hag: Para ilmuwan telah
mengembangkan sebuah tes forensik yang bisa memprediksikan warna rambut
dan mata seorang tersangka dengan menggunakan DNA yang tertinggal di
lokasi kejahatan.
Tim yang mengembangkan tes mengatakan hasil itu dapat memberikan banyak petunjuk ketika pelaku kejahatan tak dapat diidentifikasi melalui riwayat DNA.
Sistem Hirisplex dapat menuntun penyidik memetakan daftar pendek dari para tersangka. Rincian mengenai sistem ini dimuat dalam jurnal Internasional Ilmu Forensik: Genetics.
Perkiraan fenotip--keluar dari ciri-ciri seperti warna rambut atau mata--dari informasi DNA adalah bidang yang baru muncul forensik.
Sebuah pendekatan baru yang penting, diketahui sebagai riwayat genetik, melibatkan perbandingan DNA di lokasi kejahatan dengan seorang tersangka atau dengan profil yang disimpan di arsip data.
Tetapi penyelidikan ini bersandar pada seseorang tersangka yang telah diidentifikasikan oleh polisi atau profil mereka ada di arsip data DNA.
"Alat seperti Hirisplex dapat berguna untuk kasus dimana pelaku kejahatan benar-benar tidak diketahui oleh otoritas," kata Manfred Kayser, yang memimpin studi.
Dia berkata, "Tes itu termasuk bisa memprediksi 24 warna mata dan rambut pembuat DNA. Dalam rancangannya kami memperhatikan bahwa tes dapat mengatasi tantangan analisis forensik DNA dengan materi yang terbatas."
Kayser, dari Pusat Kesehatan Erasmus University di Rotterdam, Belanda, menambahkan, tes ini sangat sensitif dan memproduksi hasil yang lengkap meski DNA yang digunakan sangat kecil dibandingkan biasa digunakan dalam riwayat forensik DNA.
"Tes ini sangat sensitif dan memproduksi hasil yang lengkap meski DNA yang digunakan sangat kecil dibandingkan biasa digunakan dalam riwayat forensik DNA," terang dia.
Dia mengatakan kepada BBC News bahwa artikel dalam jurnal itu menggambarkan segala kebutuhan dalam tes di sebuah labroratorium forensik, tetapi tim juga bersinggungan dengan industri berkaitan dengan pengetahuan mereka mengenai prediksi warna rambut dan mata.
Sistem tes itu juga meliputi enam pembuat DNA sebelumnya yang digunakan dalam tes untuk warna mata yang dikenal sebagai Irisplex, dan mengkombinasikannya dengan prediksi warna rambut.
Dalam studi, penulis menggunakan Hirisplex untuk memprediksi warna rambut pelaku kehajatan dalam sebuah contoh yang diambil dari tiga populasi di Eropa.
Rata-rata, prediksi mereka akurat yaitu 69,5% untuk rambut pirang, 78,5% rambut coklat, 80% untuk rambut merah dan 87,5% memiliki warna rambut hitam.
Analis contoh DNA di dunia memperkirakan hasil ini akan tidak mempedulikan seseorang yang memiliki keturunan yang mirip secara geografis.
Tim juga dapat menetapkan, dengan prediksi yang memiliki akurasi 86%, apakah seseorang memiliki mata coklat, rambut hitam itu merupakan non Eropa atau Eropa asli (diluar sejumlah wilayah seperti Timur Tengah).
Penemuan itu juga disampaikan dalam konferensi Ilmu Foreksi dan akademisi Eropa yang keenam di Den Haag pada pekan ini.
Tim yang mengembangkan tes mengatakan hasil itu dapat memberikan banyak petunjuk ketika pelaku kejahatan tak dapat diidentifikasi melalui riwayat DNA.
Sistem Hirisplex dapat menuntun penyidik memetakan daftar pendek dari para tersangka. Rincian mengenai sistem ini dimuat dalam jurnal Internasional Ilmu Forensik: Genetics.
Perkiraan fenotip--keluar dari ciri-ciri seperti warna rambut atau mata--dari informasi DNA adalah bidang yang baru muncul forensik.
Sebuah pendekatan baru yang penting, diketahui sebagai riwayat genetik, melibatkan perbandingan DNA di lokasi kejahatan dengan seorang tersangka atau dengan profil yang disimpan di arsip data.
Tetapi penyelidikan ini bersandar pada seseorang tersangka yang telah diidentifikasikan oleh polisi atau profil mereka ada di arsip data DNA.
"Alat seperti Hirisplex dapat berguna untuk kasus dimana pelaku kejahatan benar-benar tidak diketahui oleh otoritas," kata Manfred Kayser, yang memimpin studi.
Dia berkata, "Tes itu termasuk bisa memprediksi 24 warna mata dan rambut pembuat DNA. Dalam rancangannya kami memperhatikan bahwa tes dapat mengatasi tantangan analisis forensik DNA dengan materi yang terbatas."
Kayser, dari Pusat Kesehatan Erasmus University di Rotterdam, Belanda, menambahkan, tes ini sangat sensitif dan memproduksi hasil yang lengkap meski DNA yang digunakan sangat kecil dibandingkan biasa digunakan dalam riwayat forensik DNA.
"Tes ini sangat sensitif dan memproduksi hasil yang lengkap meski DNA yang digunakan sangat kecil dibandingkan biasa digunakan dalam riwayat forensik DNA," terang dia.
Dia mengatakan kepada BBC News bahwa artikel dalam jurnal itu menggambarkan segala kebutuhan dalam tes di sebuah labroratorium forensik, tetapi tim juga bersinggungan dengan industri berkaitan dengan pengetahuan mereka mengenai prediksi warna rambut dan mata.
Sistem tes itu juga meliputi enam pembuat DNA sebelumnya yang digunakan dalam tes untuk warna mata yang dikenal sebagai Irisplex, dan mengkombinasikannya dengan prediksi warna rambut.
Dalam studi, penulis menggunakan Hirisplex untuk memprediksi warna rambut pelaku kehajatan dalam sebuah contoh yang diambil dari tiga populasi di Eropa.
Rata-rata, prediksi mereka akurat yaitu 69,5% untuk rambut pirang, 78,5% rambut coklat, 80% untuk rambut merah dan 87,5% memiliki warna rambut hitam.
Analis contoh DNA di dunia memperkirakan hasil ini akan tidak mempedulikan seseorang yang memiliki keturunan yang mirip secara geografis.
Tim juga dapat menetapkan, dengan prediksi yang memiliki akurasi 86%, apakah seseorang memiliki mata coklat, rambut hitam itu merupakan non Eropa atau Eropa asli (diluar sejumlah wilayah seperti Timur Tengah).
Penemuan itu juga disampaikan dalam konferensi Ilmu Foreksi dan akademisi Eropa yang keenam di Den Haag pada pekan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar