JL. KH. MAULANA HASANUDIN 2 - CIPONDOH MAKMUR (SEBERANG GERBANG MASUK SIMPRUG DIPORIS) - TELP/SMS: 087888680001/08568806988 - PIN BB: 220dc9d8"

Selasa, 11 September 2012

Mencari Obat Anti-Botak

Vitamin D ternyata berperan penting dalam pertumbuhan rambut dan kebotakan.
Dunia kedokteran kini selangkah lebih dekat menuju obat anti-kebotakan. Para peneliti telah menemukan petunjuk baru mengenai akar rambut.
Beberapa penelitian tengah mencari tahu cara untuk mengaktifkan kembali folikel rambut yang nonaktif, atau membuat folikel baru yang aktif. Folikel adalah organ mungil di kulit yang menjadi tempat tumbuh rambut. Penelitian itu memang masih jauh dari tahap peluncuran produk atau obat, tapi riset itu merupakan langkah penting untuk membantu menumbuhkan kembali rambut pada orang yang menderita kebotakan.
Obat yang ada saat ini tidak dimaksudkan untuk menumbuhkan rambut, melainkan lebih efektif untuk membantu mencegah botak meluas. Melalui prosedur transplantasi, rambut sehat memang bisa dipindahkan ke bagian kepala yang botak, tapi prosedur ini harus dilakukan berulang kali.
Tim-tim riset telah menemukan bahwa vitamin D berperan penting dalam proses pertumbuhan rambut dan kebotakan. Yang tak kalah penting adalah reseptor, yakni molekul yang mengikat vitamin D di kulit. Reseptor itu “krusial untuk regenerasi rambut,” kata Mark Haussler, profesor fisiologi, kimia, dan biokimia dari Arizona State University.
Pertumbuhan rambut berlangsung dalam siklus. Folikel pada umumnya menumbuhkan rambut selama dua sampai enam tahun. Lalu, rambutnya rontok, dan folikel menjadi nonaktif selama beberapa pekan sampai beberapa bulan. Folikel itu kemudian menumbuhkan rambut baru. Di setiap saat, kata para peneliti, sekitar 15% folikel di kepala kita berada dalam keadaan nonaktif.
Bagi beberapa orang, fase “tidur” folikel ini berlangsung permanen. Kebotakan terjadi jika ada cukup banyak folikel di satu bagian kulit kepala yang tidur secara bersamaan. Menurut peneliti, proses “membangunkan” folikel tampaknya diatur oleh sel bernama papila dermis. Sel ini juga akan menentukan apakah sel kulit muda akan berubah menjadi folikel, atau menjadi sel kulit biasa. Jika tidak ada komunikasi dari vitamin D dan reseptor, papila dermis tak bisa membangunkan folikel, atau mengubah sel muda menjadi folikel baru.
Menurut Marie Demay, profesor kedokteran dari Harvard Medical School, peran reseptor jauh lebih penting. Bukan vitamin D-nya yang mengaktifkan pertumbuhan rambut, kata Demay, melainkan reseptornya sendiri.
Di University of California San Francisco, tim yang dipimpin ahli biokimia Yuko Oda menemukan sebuah molekul bernama MED yang tampaknya menghambat kerja reseptor itu. Dalam uji coba lab, hewan percobaan menumbuhkan lebih banyak rambut setelah gen MED di hewan itu dihapus. Hal ini menyiratkan kemungkinan terapi gen sebagai pencegah kebotakan.
Tahun lalu, Demay dan timnya menemukan molekul lain bernama LEF1. Molekul ini bisa mengaktifkan reseptor vitamin D, tanpa kehadiran vitaminnya sendiri. Menurut Demay, langkah berikutnya adalah membuktikan bahwa aktivasi reseptor melalui molekul ini dapat benar-benar menumbuhkan rambut. Saat LEF1 mengaktifkan reseptor, mereka akan mengubah peran sel muda menjadi sel rambut, kata Oda.
Konsumsi vitamin D yang berlebihan bisa mengakibatkan efek samping negatif, misalnya akumulasi kalsium di darah yang bisa menyebabkan masalah ginjal. Jadi, “Yang kami inginkan adalah memanipulasi hanya vitamin D dan reseptornya yang ada di kulit,” kata Oda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar