Dunia kedokteran kini selangkah lebih dekat menuju obat
anti-kebotakan. Para peneliti telah menemukan petunjuk baru mengenai
akar rambut.
Beberapa penelitian tengah mencari tahu cara untuk mengaktifkan
kembali folikel rambut yang nonaktif, atau membuat folikel baru yang
aktif. Folikel adalah organ mungil di kulit yang menjadi tempat tumbuh
rambut. Penelitian itu memang masih jauh dari tahap peluncuran produk
atau obat, tapi riset itu merupakan langkah penting untuk membantu
menumbuhkan kembali rambut pada orang yang menderita kebotakan.
Obat yang ada saat ini tidak dimaksudkan untuk menumbuhkan rambut,
melainkan lebih efektif untuk membantu mencegah botak meluas. Melalui
prosedur transplantasi, rambut sehat memang bisa dipindahkan ke bagian
kepala yang botak, tapi prosedur ini harus dilakukan berulang kali.
Tim-tim riset telah menemukan bahwa vitamin D berperan penting dalam
proses pertumbuhan rambut dan kebotakan. Yang tak kalah penting adalah
reseptor, yakni molekul yang mengikat vitamin D di kulit. Reseptor itu
“krusial untuk regenerasi rambut,” kata Mark Haussler, profesor
fisiologi, kimia, dan biokimia dari Arizona State University.
Pertumbuhan rambut berlangsung dalam siklus. Folikel pada umumnya
menumbuhkan rambut selama dua sampai enam tahun. Lalu, rambutnya rontok,
dan folikel menjadi nonaktif selama beberapa pekan sampai beberapa
bulan. Folikel itu kemudian menumbuhkan rambut baru. Di setiap saat,
kata para peneliti, sekitar 15% folikel di kepala kita berada dalam
keadaan nonaktif.
Bagi beberapa orang, fase “tidur” folikel ini berlangsung permanen.
Kebotakan terjadi jika ada cukup banyak folikel di satu bagian kulit
kepala yang tidur secara bersamaan. Menurut peneliti, proses
“membangunkan” folikel tampaknya diatur oleh sel bernama papila dermis.
Sel ini juga akan menentukan apakah sel kulit muda akan berubah menjadi
folikel, atau menjadi sel kulit biasa. Jika tidak ada komunikasi dari
vitamin D dan reseptor, papila dermis tak bisa membangunkan folikel,
atau mengubah sel muda menjadi folikel baru.
Menurut Marie Demay, profesor kedokteran dari Harvard Medical School,
peran reseptor jauh lebih penting. Bukan vitamin D-nya yang
mengaktifkan pertumbuhan rambut, kata Demay, melainkan reseptornya
sendiri.
Di University of California San Francisco, tim yang dipimpin ahli
biokimia Yuko Oda menemukan sebuah molekul bernama MED yang tampaknya
menghambat kerja reseptor itu. Dalam uji coba lab, hewan percobaan
menumbuhkan lebih banyak rambut setelah gen MED di hewan itu dihapus.
Hal ini menyiratkan kemungkinan terapi gen sebagai pencegah kebotakan.
Tahun lalu, Demay dan timnya menemukan molekul lain bernama LEF1.
Molekul ini bisa mengaktifkan reseptor vitamin D, tanpa kehadiran
vitaminnya sendiri. Menurut Demay, langkah berikutnya adalah membuktikan
bahwa aktivasi reseptor melalui molekul ini dapat benar-benar
menumbuhkan rambut. Saat LEF1 mengaktifkan reseptor, mereka akan
mengubah peran sel muda menjadi sel rambut, kata Oda.
Konsumsi vitamin D yang berlebihan bisa mengakibatkan efek samping
negatif, misalnya akumulasi kalsium di darah yang bisa menyebabkan
masalah ginjal. Jadi, “Yang kami inginkan adalah memanipulasi hanya
vitamin D dan reseptornya yang ada di kulit,” kata Oda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar