Jakarta, Inagurasi pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah dilakukan. Inilah periode kedua Obama memimpin Negeri Paman Sam. Tapi lihatlah, rambut Obama yang memutih terlihat jelas. Apakah stres penyebabnya?
"Kakek saya rambutnya mulai putih saat usianya 29 tahun. Jadi saya kira hal yang sama juga akan terjadi pada saya. Kebetulan bertepatan dengan saya yang duduk sebagai presiden," kata Obama, seperti diberitakan ABC News, dan dikutip Fox News, Selasa (22/1/2013).
Para pakar biologi berpendapat apa yang disampaikan Obama memang benar. Keturunan adalah faktor dominan yang mengontrol proses memutihnya rambut. Berdasar tinjauan artikel di The Journal of Investigative Dermatology, orang-orang Kaukasia mulai beruban di usia pertengahan 30. Sedangkan orang Asia rata-rata beruban di akhir usia 30-an, dan orang Afrika umumnya rambut memutih di usia pertengahan 40-an. Nah, Obama memiliki ibu yang Kaukasia dan ayah dari Afrika, mulai menunjukkan tanda rambut beruban di usia 40-an tahun.
Para pakar tidak setuju bahwa tingkat stres memicu perubahan warna rambut. Sebab rambut menjadi beruban ketika sel-sel melanosit di folikel rambut berhenti memproduksi pigmen warna atau melanin. Nah, rambut yang kehilangan pigmen akan berubah warna menjadi putih. Proses hilangnya melanin ini biasanya berlangsung secara bertahap, di mana rambut berubah abu-abu lalu menjadi putih.
Penuaan merupakan salah satu sebab rambut beruban. Sel-sel kulit manusia menghasilkan sejumlah kecil hidrogen peroksida sebagai bagian dari siklus oksigen di tubuh. Folikel ini memiliki siklus 10-30 selama hidup seseorang. Saat menua,
produksi enzim katalase berkurang, demikian pula enzim lain yang mendukung perbaikan rambut, sehingga hidrogen peroksida berakumulasi dan mengganggu produksi melanin.
Menurut ahli biologi Gerald Weissmann, yang juga menjadi pimpinan editor jurnal FASEB, tidak ada bukti dalam literatur ilmiah yang menyebut stres mempercepat penuaan folikel. Meskipun memang kenyataannya keyakinan bahwa stres mempengaruhi munculnya uban menyebar luas.
"Lihatlah rambut orang-orang muda di Mesir atau Libya (yang mana keduanya terdapat konflik) atau tentara Israel yang muda dan miskin. Rambutnya abu-abu meskipun berada dalam konsidi stres yang menyedihkan," kata Weissmann.
"Gen, gen, gen, saya takut jawabannya adalah itu," sambung dia.
Andrzej Slominski, seorang ahli dermatopathologi di University of Tennessee Health Science Center, juga setuju bahwa gen memiliki pengaruh kuat dalam rambut uban. Namun menurutnya ada 'bukti kuat' bahwa faktor lingkungan seperti stres juga berkontribusi.
"Ada hubungan antara stres dan beruban. Fenomena ini dijelaskan terutama selama Perang Dunia II di mana ada tentara mendadak memiliki uban atau bahkan bisa beruban dalam semalam," kata Slominski.
Sementara itu Ralf Paus dari University of Luebeck menyampaikan ada hipotesis bahwa hormon stres dapat menyebabkan produksi radikal bebas. Hal ini pada gilirannya dapat merusak melanosit.
Apalagi stres dikenal bisa mempengaruhi proses tubuh lainnya, seperti mengganggu sistem kekebalan tubuh, menyebabkan masalah pencernaan dan meningkatkan tekanan darah. Paus dan ilmuwan lainnya pun meneliti apakah stres benar-benar bisa berdampak pada folikel rambut yang pada akhirnya bisa mempercepat tumbuhnya uban. Penelitian itu nantinya bisa menjawab dengan pasti, apakah rambut Presiden Obama lebih awet hitamnya jika beberapa tahun terakhir ini duduk-duduk di tepi kolam renang di Hawai daripada duduk di kursi presiden.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar