JL. KH. MAULANA HASANUDIN 2 - CIPONDOH MAKMUR (SEBERANG GERBANG MASUK SIMPRUG DIPORIS) - TELP/SMS: 087888680001/08568806988 - PIN BB: 220dc9d8"

Selasa, 17 Juli 2012

Kepang Rambut dan Nuturi yang Mulai Dilupakan


Ibu dan anak-anak mengikuti Festival Kepang Rambut yang digelar Museum Rekor Sukoharjo (Muresko) di kompleks depan pasar darurat Sukoharjo, Jumat (13/7/2012). Kegiatan itu dalam rangka menyambut peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-66 Kabupaten Sukoharjo. (JIBI/SOLOPOS/Triyono)
Maharani Bulan Putri Dewanti, 11, duduk tenang di antara deretan anak-anak lain di halaman depan pasar darurat pasar Sukoharjo, Jumat (13/7) pagi. Di belakang siswi kelas V ini, dua tangan sang ibu, Setyorini, 38, sibuk menata rambut panjangnya yang terurai sampai punggung.
Di kanan-kirinya, tidak kurang dari 20 anak usia SD ikut menikmati perlakukan serupa. Sebagian didampingi saudaranya atau bahkan tetangganya. Butuh sekitar 30-an menit, rambut mereka yang semula terurai pun kini terikat dalam gulungan rapi.
“Sudah menjadi kegiatan setiap pagi, jadi tidak ada yang sulit,”  ujar Setyorini yang juga guru salah satu SMK di Sukoharjo, di sela-sela mengikuti Festival Kepang Rambut yang digelar Museum Rekor Sukoharjo (Muresko) dalam rangka menyambut peringatan hari ulang tahun (HUT) Sukoharjo ke-66, kemarin.
Rini, sapaan Setyorini, mengaku kegiatan kepang rambut dilakukan sebelum kedua putrinya berangkat sekolah. Meski tidak lama, dia menuturkan momen itu sangat berharga karena sekaligus dimanfaatkan untuk nuturi  serta memberikan banyak nasihat kepada anak-anaknya.
Tak berbeda dengan Regita Putri Neviyanti, 10. Siswi Kelas IV SD Negeri Nguter I, Kecamatan Nguter ini juga mengaku rambutnya sering dikepang ibunya. Sayangnya, dalam Festival Kepang Rambut yang digelar Muresko, dia tidak didampingi orangtuanya langsung.
Ketua Muresko, A Bimo Kokor Wijanarko, mengungkapkan Festival Kepang Rambut dalam rangka menumbuhkan kembali kebiasaan itu di masyarakat. Pasalnya meski menjadi momen berharga interaksi dan komunikasi anak dengan orangtua, banyak yang mulai melupakannya.
“Semakin sering dilakukan, makin dekat ikatan emosional anak dan ibu atau saudara. Itu dilakukan orangtua zaman dulu, ngepang sambil nuturi, tapi sekarang jarang.”
Menurut Kokor, pergeseran peran ibu dari seorang ibu rumah tangga menjadi wanita karir menjadi salah satu sebab kebiasaan kepang rambut oleh ibu kian sulit dijumpai. Hal itu karena ibu lebih banyak ada di luar rumah dan bekerja, meski sebagian masih sempat melakukannya.
“Dengan Festival Kepang Rambut ini kami ajak masyarakat, terutama ibu-ibu terus mempertahankannya. Terlebih ada muatan nilai budaya didalamnya,” paparnya.
Kokor juga menambahkan kegiatan yang digagas Muresko itu sekaligus sebagai sindiran agar pejabat pemerintah selalu memperhatikan dan tidak mengabaikan rakyat yang dipimpin serta menjadi tanggung jawabnya.

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar